UKM KSPMS FEBI IAIN Pekalongan telah menyelenggarakan MCD ( Midnight Cuan Discussion) part ke 3 pada hari minggu, 11 April 2021 pada pukul 20.00 WIB. Kegiatan diskusi ini ditujukan untuk seluruh pengurus KSPMS FEBI IAIN Pekalongan dan dilaksanakan secara online melalui media whatsapp group. MCD kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya kendala cuaca dan signal maka MCD part ke 3 ini harus dilaksanakan melalui media whatsapp group. Namun demikian, meski hanya melalui chat wa saja, semua anggota Nampak menjalani kajian kali ini dengan penuh semangat. Hal tersebut dapat dilihat dari diskusi yang cukup menyenangkan antara pemateri dengan anggota KSPMS lainnya.
Kegiatan diskusi MCD kedua ini mengangkat tema terkait “Portofolio Investasi Kunci sukses berinvestasi”. Setelah bulan yang lalu membahas terkait instrumen pasar modal, di part ke 3 MCD kali ini kita akan membahas terkait portofolio investasi. Apa sih itu portofolio investasi? Resiko dan keuntungan apa saja yang ada dalam portofolio investasi dan bagaimana cara memaksimalkan kinerja portofolio yang kita miliki?
Berikut ini hasil diskusi terkait “Portofolio Investasi”.
· Menurut Husnan, portofolio secara harfiah berarti sekumpulan investasi. Sedangkan teori portofolio merupakan teori yang berhubungan mengenai pengembalian portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko portofolio yang dapat diterima. Dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Sehingga dalam teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian.
· Harry M. Makowitz menjelaskan bahwa, teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor tehadap ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Dalam portofolio ini, risiko dapat dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat expected return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset-aset yang dikombinasi tersebut.
· Tujuan dibentuknya portofolio yaitu untuk memperkecil risiko tanpa mengorbankan pengembalian yang dihasilkan melalui cara diversifikasi. Namun dalam melakukan cara tersebut, investor akan menemukan masalah dalam membentuk suatu portofolio karena banyaknya sekuritas yang ada.
· Menghitung kinerja Portofolio investasi sebenarnya terbilang sederhana. misal jika kita hanya satu kali saja menyetor dana, yakni pada saat membuka rekening di sekuritas, sehingga penambahan nilai porto yang terjadi adalah sepenuhnya berasal dari capital gain, dividen, dan bunga (cash yang tidak atau belum dibelanjakan saham, itu dapet bunga sekitar 2.0% per tahun dipotong pajak, dibayarkan tiap bulan). Sehingga, katakanlah modal awalnya Rp100 juta, dan pada akhir tahun nilai saham-saham yang dipegang, ditambah cash jika ada, menjadi Rp120 juta. Maka dalam hal ini kinerja investasi anda adalah +20.0%. Tinggal pertanyaannya, jika kita menyetor dana lagi ke sekuritas secara rutin (tambah modal setiap bulannya), maka bagaimana cara menghitung kinerja tahunan portofolio? karena untuk dana yang baru disetor tersebut tentunya tidak bisa dihitung sebagai keuntungan investasi bukan? Nah, dalam hal ini kita bisa menggunakan metode net asset value atau NAV, seolah-olah rekening anda adalah sebuah reksadana. Dan meski rumus NAV ini ada banyak sekali di internet, tapi berikut adalah rumus yang bisa kita gunakan.
· Dalam hal ini kita memakai metode DCA (dolar cost averaging ya). Pertama, jadikan nilai portofolio dalam bentuk satuan unit setoran, bukan lagi Rupiah, dimana 1 unit setoran setara sekian Rupiah. Misalnya nilai porto anda pada awal tahun Rp10,000,000, dan anda tentukan 1 unit setoran adalah Rp1,000. Maka sekarang anda pegang ‘reksadana’ sebanyak 10,000 unit senilai total Rp10,000,000. Kemudian setelah satu bulan, misalnya anda meraih profit 5% sehingga nilai porto anda naik menjadi Rp10,500,000. Maka dalam hal ini jumlah unit yang anda pegang masih tetap 10,000, tapi nilai per unitnya naik dari sebelumnya Rp1,000 menjadi Rp1,050 (Rp10,500,000 dibagi 10,000 unit), alias juga naik +5.0%. Lalu masih di bulan yang sama, anda setor lagi Rp1,000,000, sehingga nilai portonya sekarang menjadi Rp11,500,000. Tambahan modal disetor ini harus dihitung sebagai tambahan unit setoran. Jadi Rp1,000,000 tadi dibagi nilai unit saat ini, yakni Rp1,050, dan hasilnya adalah 952 unit. Ditambah 10,000 unit yang sudah ada sebelumnya, maka sekarang anda pegang 10,952 unit setoran, senilai Rp11,500,000. Nah, jadi berapa nilai per unitnya? Ya tetap Rp1,050, yakni Rp11,500,000 dibagi 10,952). Sebulan berikutnya, katakanlah kondisi pasar kurang baik, dan nilai porto anda turun menjadi Rp11,100,000. Maka nilai per unit setoran juga turun menjadi Rp1,013 (Rp11,100,000 dibagi 10,952 unit). Pada titik ini anda setor lagi Rp1,000,000, yang setelah dibagi Rp1,013, setara 987 unit. Maka anda sekarang pegang 11,939 unit setoran senilai Rp12,100,000, atau Rp1,013 per unit. Dan setelah dua bulan ini, meskipun nilai portofolio dari sisi Rupiah sudah naik dari Rp10,000,000 menjadi Rp12,100,000, tapi kinerja portofolio anda adalah +1.3% saja, yakni dilihat dari kenaikan nilai unit dari Rp1,000 menjadi Rp1,013 per unit setoran. Demikian seterusnya. Intinya setiap setoran dana ke sekuritas dianggap sebagai tambahan unit disetor, dan kinerja portofolio kemudian dihitung berdasarkan nilai per unit setoran pada akhir periode, katakanlah akhir tahun. Sehingga anda dalam hal ini harus mencatat dua angka: 1. Jumlah unit setoran, dan 2. Nilai Rupiah per unit setoran tersebut. Pada perusahaan asset management pengelola reksadana, maka nilai Rupiah per unit inilah yang disebut NAV, atau NAB (nilai aset bersih).
· Nah, sampai titik ini mungkin ada pertanyaan: Mengingat total setorannya setelah dua bulan adalah Rp12,000,000, dan nilai porto saat ini adalah Rp12,100,000, maka nilai keuntungannya hanya Rp100,000, atau hanya 1.0% jika berdasarkan modal awal setoran yang Rp10,000,000 itu tadi. Lalu kenapa dikatakan bahwa kinerja porto sekarang +1.3%, dan bukannya +1.0%? Jawabannya adalah karena Rp2,000,000 dari dana yang Rp12,000,000 tadi tidak langsung tersedia untuk dibelanjakan sejak awal, melainkan baru bisa dibelanjakan kemudian (setelah dana tersebut disetor), sehingga dana tersebut tidak bisa diperlakukan sama dengan dana awal yang Rp10,000,000. Sebagai perbandingan, katakanlah setelah dua bulan ini, anda tidak menyetor lagi, dan pada akhir bulan ke-6, nilai porto anda tumbuh menjadi Rp13,500,000 (profit Rp1,500,000). Maka dalam hal ini kinerja porto anda adalah Rp13,500,000 dibagi 11,939 unit setoran, sama dengan Rp1,131 per unit, atau tumbuh +13.1%. Angka ini lebih rendah dibanding +15.0% jika kita menghitung keuntungan yang Rp1,500,000 tadi hanya berdasarkan modal di awal periode yang sebesar Rp10,000,000. Tapi karena modal kita memang bukan lagi Rp10,000,000, melainkan Rp12,000,000, maka angka kinerja yang benar adalah 13.1% itu tadi, bukan 15.0%, bahkan meskipun setoran yang Rp2,000,000 itu tadi masih berupa cash/belum dibelanjakan saham. Demikian seterusnya. Intinya setiap setoran dana ke sekuritas dianggap sebagai tambahan unit disetor, dan kinerja portofolio kemudian dihitung berdasarkan nilai per unit setoran pada akhir periode, katakanlah akhir tahun. Sehingga anda dalam hal ini harus mencatat dua angka: 1. Jumlah unit setoran, dan 2. Nilai Rupiah per unit setoran tersebut. Pada perusahaan asset management pengelola reksadana, maka nilai Rupiah per unit inilah yang disebut NAV, atau NAB (nilai aset bersih).
· Return dan risiko portofolio
o Return portofolio
Return realisasian portofolio (portofolio realized return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasian tiap-tiap sekuritas tunggal di dalam portofolio.
o Risiko portofolio
Risiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
o Portofolio dengan dua aktiva
Portfolio dua asset adalah portfolio yang dibentuk hanya terdiri dari dua asset atau sekuritas.
o Portofolio dengan banyak aset
Portfolio banyak asset adalah portfolio yang terdiri lebih dari dua sekuritas atau banyak sekuritas.
· Resiko portofolio
o Diversifiable risk
Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well-diversifield yang dapat di diversifikasi.
o Nondiversifiable risk
Risiko ini tidak dapat di diversifikasikan oleh portofolio. Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian diluar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi, naiknya harga bbm, perang.
o Risiko Sistematis
Suatu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan
o Risiko Tidak Sistematis
Suatu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, sebab risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.
· Evaluasi kinerja portofolio akan terkait dengan dua isu utama, yaitu: (l) mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return yang melebihi (di alas) return portofolio lainnya yang dijadikan patok duga (benchmark), dan (2) mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan tingkat risiko yang Harus ditanggung.
· Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu kita perhatikan, yaitu :
1. Tingkat risiko
2. Periode waktu
3. Penggunaan patok duga (bechmark) yang sesuai
4. Tujuan investasi
· Menurut Rahardja dan Manurung faktor-faktor yang mempengaruhi investasi langsung dan portofolio adalah sebagai berikut :
1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected Rate Of Return)
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.
a. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
b. Kondisi eksternal perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional serta tingkat inflasi yang terjadi. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan. Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak, misalnya diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi, karena jika sosial politik stabil maka pada umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).
2. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang
Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil (tingkat inflasi stabil) dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan lebih cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi.
3. Tingkat bunga
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanamkan modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu, yaitu persentase keuntungan neto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.
4. Biaya investasi
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman, karena semakin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi semakin mahal. Akibatnya minat berinvestasi semakin menurun.
Faktor lembaga juga mempengaruhi biaya investasi karena prosedur izin yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi semakin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Hubungan antara pendapatan nasional dan investasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Investasi akan meningkat apabila pendapatan nasional semakin meningkat dan begitu juga sebaliknya.
· Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengambilan keputusan investasi portofolio yaitu adalah:
1. Menentukan Kebijakan Investasi
2. Analisis Sekuritas
3. Pembentukan Portofolio
4. Melakukan Refisi Portofolio
5. Evaluasi kinerja portofolio
· Ada manfaat yang dapat kita ambil ketika melakukan evaluasi kinerja portofolio yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa dan mengetahui apakah portofolio yang dimiliki telah sesuai dengan apa yang diharapkan atau tidak
2. Untuk bisa mengetahui instrumen investasi mana dalam portofolio yang miliki kinerja baik atau tidak
3. Merevisi investasi dalam portofolio yang kurang menguntungkan.
Portofolio investasi merupakan aset bagi investor. Segala keadaan investasi kita terekam jelas di portofolio kita dan setiap investor pasti menginginkan jika memilikiportofolio yang bagus tentunya
Komentar
Posting Komentar